Pages

10 Mei 2013

Dua detik yang menentukan

Dua detik itu sangat menentukan. Mungkin karena dalam dua detik itulah ruh saling mengenal. Mereka saling mengirim sandi. Jika sandi dikenali, mereka akan bersepakat, tanpa banyak tanya, tanpa banyak bicara. Karena sesudah itu adalah saatnya bekerja mewujudkan tujuan bersama. Segera. Jangan ditunda-tunda.

“Ruh-ruh itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan. Yang saling mengenal diantara mereka pasti akan saling melembut dan menyatu. Yang tidak saling mengenal diantara mereka pasti akan saling berbeda dan berpisah.” (HR Al Bukhari [3336] secara mu’allaq dari ’Aisyah, dan Muslim [2638], dari Abu Hurairah)

Ruh itu seperti tentara. Ada sandi di antara mereka. Jika sandi telah dikenali, tak perlu banyak lagi yang diketahui. Cukup itu saja. Mereka akan bersepakat. Mereka adalah sekawan dan sepihak. Mereka akan bergerak untuk satu tujuan yang diyakini. Jadi apakah yang menjadi sandi di antara para ruh? Iman. Tentu saja. Kadar-kadarnya akan menerbitkan gelombang dalam frekuensi yang sama. Jika tak serupa, jika sandinya tak diterima, ia telah berbeda dan sejak awal tak hendak menyatu.
”Iman”, kata Sayyid Quthb dalam Fii Zhilaalil Quran, ”Adalah persepsi baru terhadap alam, apresiasi baru terhadap keindahan, dan kehidupan di muka bumi, di atas pentas ciptaan Allah, sepanjang malam dan siang. Dan inilah yang diperbuat keimanan. Membuka mata dan hati. Menumbuhkan kepekaan. Menyirai kejelitaan, keserasian, dan kesempurnaan.” Maka biarlah dia yang menjadi ratu penentu, di dua detik pertama nazhar kita.
Di jalan cinta para pejuang, kita melestarikan nilai-nilai nazhar; berbaik sangka kepada Allah, menjaga pandangan dalam batas-batasnya, dan selalu mencari hal yang menarik. Bukan sebaliknya. Di jalan cinta para pejuang, yang terpenting bukanlah seberapa banyak engkau tahu, tapi bahwa engkau mengetahui yang memang bermakna bagimu. Dan bahwa Allah selalu bersamamu.

kecocokan jiwa memang tak selalu sama rumusnya
ada dua sungai besar yang bertemu dan bermuara di laut yang satu; itu kesamaan
ada panas dan dingin bertemu untuk mencapai kehangatan; itu keseimbangan
ada hujan lebat berjumpa tanah subur, lalu menumbuhkan taman; itu kegenapan
tapi satu hal tetap sama
mereka cocok  karena bersama bertasbih memuji Allah
seperti segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, ruku’ pada keagunganNya
(S.A. Fillah)

Quote Salim A. Fillah

Aku bukan tak sabar, hanya tak ingin menanti
Karena berani memutuskan adalah juga kesabaran
Karena terkadang penantian

Membuka pintu-pintu syaithan

Kita yang menjalani hidup dengan mengalir
Seperti air
Mungkin lupa bahwa air hanya mengalir
Ke tempat yang lebih rendah



Kita kadang merasa lebih benar, lebih baik, lebih tinggi, dan lebih suci dibanding mereka yang kita nasehati. Hanya mengingatkan kembali kepada diri ini: jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak. Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pajakan.

Kekhawatiran tak menjadikan bahayanya membesar
Hanya dirimu yang mengerdil
Tenanglah, semata karena Allah bersamamu
Maka tugasmu hanya berikhtiar
Dan di sana pahala surga menantimu

Masih banyak orang shalih
Tetapi tak banyak antara mereka yang memperjuangkan keshalihan

8 Mei 2013

Sepenggal kata

"Semoga Tuhan menjauhkanmu dari segala sesuatu yang membuatmu jauh dariku. "

Indah Pada Waktunya


Oh dear, jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain. Itu bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi ‘hadiah’ yg hebat utk orang-orang yg bersabar.

Sementara kalau waktunya belum tiba, sibukkanlah diri utk terus menjadi lebih baik, bukan dengan melanggar banyak larangan. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar.

--tere lije, repost

22 Apr 2013

Becoming Best Presentator

Lagi-lagi aku diiming-imingi temanku yang baru saja mengikuti prosiding di Universitas Airlangga Surabaya dan menjadi best presentator. Dia mempublikasikan penelitiannya pada acara Seminar Nasional itu. Dalam hati saya bergumam, “Kalau temanku saja bisa, pasti aku juga bisa. “ Bukan berarti saya tidak mau kalah dengan orang lain, tapi saya sering termotivasi dari perkataan maupun “hasil kerja” orang lain. Akhirnya kesempatan yang ditunggu pun datang. Tanggal 10-11-12 KS Biodiversitas yang bekerja sama dengan Pasca Sarjana akan mengadakan Seminar Nasional Biodiversitas. Niat untuk apply penelitian pun semakin menggebu-gebu. Akan tetapi, satu hal yang menjadi hambatan, biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit, sekitar 250 ribu untuk kategori oral dan 100 ribu untuk kategori poster. Akhirnya saya pikir-pikir dulu nih, hingga saya pun bertemu dengan salah satu profesor yang kebetulan mengajar di pascasarjana dan menjadi bagian dalam Seminar Nasional ini. Beliaupun menyarankan saya untuk apply penelitian disini, bahkan kalau mau saya dibebaskan untuk tidak membayar biaya administrasi yang berkisar antara 200-250 ribu. Naskah kemudian saya kirim untuk direvisi kembali oleh pihak panitia penyelenggara.. 

Hari H-pun tiba. Total peserta yang ikut yaitu 78 orang untuk kategori oral dan 20 orang kategori poster. Saya mendapatkan kelas F. Sempat agak grogi juga ketika mengetahui bahwa teman-teman di ruangan saya ternyata Bapak/Ibu dan dosen-dosen dari luar universitas yang tentunya dengan kemampuan yang luar biasa. Ada juga beberapa mahasiswa dari universitas lain. Kebetulan, saya mendapat giliran akhir ketika presentasi. Presentator sebelumnya yang berasal dari Biologi UGM benar-benar luar biasa. Dari segi penampilan dan gaya presentasi, dia terlihat begitu meyakinkan. Penelitiannya pun tidak main-main mengenai analisis anemia bulan sabit. Namanya Ayesha Nilam. Saat itu, mahasiswa biologi UGM yang join banyak sekali.

Akhirnya tiba giliran saya. Presentasi berjalan lancar kurang lebih 15 menit. Setelah selesai, maka audience diperkenankan bertanya. Seorang ibu-ibu yang nampaknya berprofesi sebagai guru/dosen mulai menanyakan seputar penelitian saya. Setelah saya jawab, akhirnya pertanyaan kedua diajukan oleh musuh utama (alias si Ayesha.. -_-“). Dia menanyakan seputar analisis dan korelasi penelitian dengan aplikasi di lapangan. Alhamdulillah lancar menjawabnya.. J

Presentasi secara keseluruhan berlangsung dari pukul 12.30 sampai 15.00. Sesi selanjutnya yaitu coffe break dan pengumuman. Pengumuman berlangsung sekitar jam 16.00. Ada rasa berdebar seusai juara 1,2, dan 3 poster dibacakan. Acara selanjutnya pembacaan best presentator dari kategori oral. Alhamdulillah diberi kesempatan menjadi best presentator dan menerima hadiah dari panitia penyelenggara. Ucapan selamat dan terima kasih pun disampaikan oleh Ketua Panitia yang merupakan dosen pascasarjana. Dari teman-teman juga tentunya.. (sayang, foto-fotonya ada di kamera teman.. J)





I love presentation, so much.. :*